BAB IV. PERUBAHAN TERENCANA (MP)
Muh Rosyid, S.Pd.,M.M.Pd
Dosen STIE Putra Bangsa Kebumen
(Manajemen Perubahan - Uyung Sulaksana)
Perubahan terencana merupakan istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin untuk membedakan perubahan yang sengaja digerakkan dan direncanakan organisasi dengan perubahan yang berlangsung tidak disengaja.
Menurut French dan Bell : Pengembangan Organisasi (PO) merupakan strategi perbaikan organisasi. PO telah menjelma menjadi kerangka terpadu teori dan praktek serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Prinsisp-prinsip dasar PO ialah sperangkat nilai, asumsi dan etika yang menekan pada orientasi kemanusiaan dan komitmen efektifitas organisasi.
Ada 4 nilai dasar PO :
Keyakinan bahwa kebutuhan dan aspirasi manusia merupakan alasan utama keberadaan organisasi dalam masyarakat
Agen perubahan meyakini bahwa prioritasisasi organisasi bagian syah budaya organisasi
Agen perubahan berkomitmen meningkatkan efektivitas organisasi.
PO memberi nilai tinggi pada demokratisasi organisasi melalui kesetaraan
Ada 5 nilai adopsi untuk menerapkan 4 nilai dasar menurut Hurley dkk :
Memberdayakan karyawan untuk bertindak
Menciptakan keterbukaan dalam komunikasi
Memfasilitasi rasa-memiliki pada proses perubahan dan hasilnya
Meningkatkan budaya kerja sama
Meningkatkan pembelajaran yang berkesinambungan
Kurt Lewin dan Perubahan Terencana
Lewin merupakan seorang pejuang kemanusiaan yang meninggal pada usia muda yang meyakini kekuatan demokrasi untuk meningkatkan hidup manusia. Lewin berkeyakinan bahwa dengan menyelesaikan konflik sosial, baik dalam bidang religius, ras, pernikahan ataupun industri, maka kondisi manusia dapat ditingkatkan.
Lewin berupaya memahami dan menjelaskan saling ketergantungan atara individu dengan kelompok, serta daya-daya kekuatan yang menjaga status quo kelompok. Daya-daya ini tidak hanya mempengaruhi struktur kelompok tapi juga mengubah perilaku individu.
Penelitian Tindakan Nyata ( Action Research )
Action Research adalah penelitian dengan tindakan yang bertujuan membuat makin efektif. Action Research merupakan proses pengumpulan data riset secara sistimatis.
Action Research dikelompokkan menjadi 3 :
Organisasi ( Manajer senior )
Subyek ( Karyawan dari bagian yang berubah )
Agen Perubahan ( Konsultan internal/eksternal )
Ketiga entitas tersebut membentuk komunitas pembelajaran melalui riset untuk dicarikan solusi masalah organisasi / kelompok.
Action Research merupakan proses bercabang dua :
Pendekatan menitikberatkan bahwa perubahan butuh tindakan
Tindakan yang berhasil didasarkan pada analisa situasi secara tepat, lalu memilih yang paling sesuai untuk diterapkan
Walaupun Action Research telah memperoleh banyak pengikut, namun dalam penerapannya masih memiliki hambatan yaitu perlunya komitmen baik dari manajeman maupun subyek perubahan.
Action Research masih diapresiasikan dalam mengelola perubahan dan mengatasi konflik sosial, tidak terbatas dalam organisasi namun juga dalam masyarakat secara luas.
Model Perubahan Tiga Langkah (menurut Lewin) :
Pencairan tingkatan sekarang
Perpindahan ke tingkatan baru
Pembekuan / pemantapan tingkatan baru
Keyakinan bahwa kemauan dari subyek perubahan merupakan unsur penting baik dalam membuang perilaku lama, pencairan dan perpindahan ke perilaku baru.
Pencairan dan perpindahan secara garis besar sama dengan Action Research. Pencairan meliputi upaya memperlemah daya kekuatan membentuk perilaku organisasi masa kini. Menurut Rubin, pencairan memerlukan bentuk pertemuan konfrontatip bagi yang terkait dangan perubahan.
Perpindahan mencakup tindakan atas hasil langkah sebelumnya. Tindakan perpindahan menuju ke situasi yang lebih baik membutuhkan pengembangan perilaku, nilai – nilai dan sikap – sikap baru melalui perubahan struktur dan proses organisasi.
Pemantapan merupakan langkah terakhir dalam model tiga langkah dan menjadi titik perbedaan dengan Action Research. Pemantapan menciptakan kestabilan dalam organisasi dan memastikan cara – cara kerja baru yang mencakup proses sosialisasi.
Contoh : # Rekrutmen dan industri
# Sistem imbalan
# Penguatan budaya melalui penciptaan
norma perilaku baru
Fase – fase dan Perubahan Terencana
Untuk memahami Perubahan Terencana, tidaklah cukup dengan memahami proses yang mendorong perubahan, namun ada apresiasi tahap yang dilalui organisasi untuk pindah dari keadaan yang tidak memuaskan ke masa depan yang diinginkan.
Bullock dan Batten menggambarkan Perubahan Terencana menjadi dua dimensi:
Tahap – tahap perubahan : tingkatan keadaan yang dilalui organisasi ketika menerapkan Perubahan Terencana
Proses – proses perubahan : metode yang dipergunakan untuk menggerakkan organisasi dari keadaan satu ke lainnya.
Tahap perubahan dan proses perubahan yang menyertainnya :
Fase Eksplorasi yaitu Organisasi meninmbang dan memutuskan membuat perubahan Spesifik dalam operasinya dan mengalokasikan sumber – sumber daya untuk merencanakan perubahan dalam membantu pemecahan perubahan. Tumbuhnya kesadaran dan perlunya perubahan guna membantu perencanaan serta penerapan perubahan.
Fase Perencanaan yaitu Proses perubahan yang terkait adalah mengumpulkan informasi agar dapat ditetapkan diagnosa masalah secara tepat, tujuan perubahan dan tindakan yang diperlukan guna mencapai tujuan
Fase Tindakan yaitu tahap ini organisasi mengimplementasikan perubahan hasil perencanaan. Proses perubahan dirancang untuk menggerakkan organisasi dari keadaan sekarang menuju ke masa depan
Fase Integrasi yaitu tahapan ini segera dimulai begitu perubahan telah sukses diimplementasikan. Proses perubahan meliputi konsolidasi dan stabilisasi perubahan guna menguatkan perilaku baru melalui umpan balik dan sistem imbalan serta mengatur para manajer dan karyawan secara terus - menerus memonitor perubahan dan upaya – upaya perbaikan.
Perubahan Sifat Pengembangan Organisasi
Pengembangan Organisasi merupakan proses menerapkan pengetahuan, praktek – praktek ilmu perilaku untuk membantu organisasi dalam meraih efektifitas yang lebih tinggi
Perkembangan khusus dalam perluasan perspektif :
Munculnya gerakan Desain Pekerjaan terutama munculnya Teori Sistem Sosio – Tehnik yang makin menyadari bahwa tidak bisa lagi berkonsentrasi kelompok atau individu namun menimbang-nimbang sistem lain.
Perspektif berskala organisasi telah mendorong praktisi PO memperluas perspektif mereka dengan mengembangkan budaya organisasi dan meminati konsep pembelajaran organisasi. Alhasil, pergeseran minat dari pembelajaran kelompok kepada pembelajaran organisasi hanyalah perluasan alami belaka.
Makin meningkatnya penggunaan pendekatan berskala organisasi terhadap perubahan yang dibarengi dengan intensitas pergolakan dalam lingkungan operasi organisasi, mendorong praktisi PO mentransformasikan organisasi secara keseluruhan dan tidak sekedar perubahan pada bagian pokoknya saja.
Dinamika Kelompok dan Perubahan Terncana akan menciptakan dilema bagi para pendukung PO. Pengembangan organisasi semakain terfokus pada masalah makro, maka semakin kurang kemampuan pengembangan organisasi merangkul semua individu yang terkait program perubahannya dan semakin kurang mampu pengembangan organisasi mempromosikan nilai dasar demokratisnya.
Ringkasan dan Kritik
Perubahan Terncana merupakan suatu proses siklikal dan berulang – ulang proses diagnosa, tindakan dan evaluasi lebih lanjut. Tujuan Perubahan Terencana adalah untuk meningkatkan efektivitas sisi manusia dalam organisasi. Yang menjadi perhatian utama ialah penekanan sifat kolaboratif upaya perubahan adalah organisasi, manajer maupun penerima perubahan.
Sesuai perkembangan Perubahan Terencana selama bertahun – tahun pada keefektifan organisasi masih tetap melekat. Pada versi aslinya Lewin menekankan pentingnya pemecahan masalah melalui tindakan sosial. Keberhasilan perubahan hanya dapat dicapai melalui partisipasi aktif dalam memahami masalah, memilih suatu solusi dan mengimplementasikannya.
Model Bullock dan Batten memberi peran lebih direktif dan kurang menekankan pada tugas konsultan dalam peran pengembangan.
Perkembangan PO telah membuat banyak orang mempertanyakan keguanaan dan praktek dari pendekatan secara keseluruhan. Pendekatan Perubahan Terencana menekankan pada perubahan inkremental dan terisolasi serta ketakmampuannya dalam mengadopsi perubahan radikal dan transformasional.
Pendekatan Perubahan Terencana didasarkan pada asumsi bahwa kesepakatan umum dapat dicapai jika memiliki kemauan dan minat untuk melaksanakan.
Perubahan Terencana tidak pernah dimaksudkan untuk dapat diterapkan di semua situasi perubahan dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk ditetapkan dalam situasi dibutuhkan perubahan cepat, koersif atau besar – besaran.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar anda di sini...
makasih ya uda kasih komentar...
sering - sering maen sini ya...
No SaRa, No PoLiTiCs, No SPaMMiNG!!!